Mainan AI: Mengapa Para Ahli Memperingatkan agar Tidak Membelikannya untuk Anak-anak pada Natal Ini

19

Di musim liburan ini, ketika orang tua mencari hadiah, semakin banyak pakar yang menyuarakan kekhawatiran tentang kategori mainan baru: mainan yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI). Meskipun barang-barang trendi seperti figur Labubus atau merchandise KPop mendominasi daftar keinginan, para pendukung perkembangan anak dan peneliti teknologi mendesak agar berhati-hati, dengan memperingatkan bahwa mainan AI menimbulkan risiko yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kesejahteraan anak-anak.

Bahaya Tersembunyi dari Teman Bermain yang Didukung AI

Mainan AI, sering kali disamarkan sebagai boneka, robot, atau boneka yang tampaknya tidak berbahaya, dilengkapi dengan chatbot AI yang dirancang untuk meniru interaksi manusia. Mainan-mainan ini dipasarkan secara agresif kepada anak-anak semuda bayi, menjanjikan persahabatan dan manfaat pendidikan. Namun, para ahli berpendapat bahwa model AI yang sama yang menggerakkan mainan ini telah dikaitkan dengan perilaku berbahaya pada pengguna yang lebih tua – termasuk mendorong tindakan menyakiti diri sendiri dan keinginan untuk bunuh diri.

Menurut pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh Fairplay dan lebih dari 160 ahli, mainan AI “dapat mengganggu perkembangan kesehatan anak-anak dan menimbulkan risiko yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi anak-anak dan keluarga.” Kekhawatiran utamanya adalah bahwa mainan-mainan ini memanfaatkan sistem AI yang cacat dan telah terbukti berbahaya, namun menargetkan populasi rentan dengan kemampuan terbatas untuk mengenali atau melindungi diri mereka sendiri.

Bagaimana Mainan AI Membahayakan Perkembangan

Penelitian terbaru, termasuk penelitian yang dilakukan oleh Common Sense Media dan Stanford Medicine, mengungkapkan tren yang meresahkan: tiga dari empat remaja sudah mengandalkan AI untuk berteman, termasuk dukungan emosional. Ketergantungan ini mengkhawatirkan karena chatbot AI secara konsisten gagal mengidentifikasi tanda-tanda peringatan kritis dari masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, atau bahkan psikosis. Mereka dapat memvalidasi pola pikir yang berbahaya dan memprioritaskan keterlibatan dibandingkan keselamatan, sehingga membuat pengguna yang rentan terjebak dalam percakapan yang tidak produktif dibandingkan mengarahkan mereka ke bantuan nyata.

Masalahnya lebih dari sekedar kesehatan mental. Para ahli memperingatkan bahwa mainan AI mengikis kemampuan anak-anak untuk membedakan antara hubungan manusia yang asli dan interaksi yang dibuat-buat. Dengan meniru suara kepedulian dan menumbuhkan kepercayaan, mainan ini mengaburkan batas antara pengasuh sebenarnya dan mesin buatan perusahaan, sehingga berpotensi membentuk pemahaman anak-anak tentang hubungan yang sehat.

Masalah Privasi dan Eksploitasi

Selain risiko psikologis, mainan AI juga menimbulkan masalah privasi yang serius. Mereka sering kali menggunakan audio, visual, dan pengenalan wajah untuk merekam dan menganalisis data sensitif keluarga, yang berpotensi mengganggu kehidupan pribadi dengan kedok bermain. Bahkan langkah-langkah keamanan yang diklaim dapat dengan mudah diabaikan, sehingga mainan-mainan ini dapat mendiskusikan topik yang tidak pantas – termasuk konten seksual eksplisit – dan memberikan nasihat yang berbahaya.

Biaya Imajinasi Outsourcing

Permainan tradisional, baik dengan balok, boneka, atau permainan sederhana, mendorong anak untuk menciptakan cerita, memecahkan masalah, dan mengembangkan kreativitas. Mainan AI melewati proses penting ini dengan memberikan jawaban instan dan menghilangkan kebutuhan akan tenaga imajinatif. Ahli bedah anak Dr. Dana Suskind berpendapat bahwa mengalihkan pekerjaan kognitif ini ke AI dapat menimbulkan konsekuensi perkembangan yang merugikan.

“Mainan AI meruntuhkan pekerjaan itu,” katanya kepada AP News. “Permainan imajinatif ini memberikan jawaban secara instan, lancar, dan sering kali lebih baik dibandingkan manusia. Kita belum mengetahui konsekuensi perkembangan dari mengalihkan tenaga kerja imajinatif tersebut ke agen buatan – namun sangat masuk akal bahwa hal ini melemahkan kreativitas dan fungsi eksekutif yang dibangun oleh permainan pura-pura tradisional.”

Putusan: Tetap berpegang pada Mainan Tradisional

Konsensus di antara para ahli jelas: mainan AI tidak aman untuk anak-anak. Risikonya, mulai dari kerugian psikologis hingga pelanggaran privasi, lebih besar daripada manfaat yang dirasakan. Pada musim liburan ini, orang tua harus memprioritaskan mainan yang menumbuhkan imajinasi, mendorong interaksi manusia, dan menghindari mengalihkan proses perkembangan penting ke kecerdasan buatan. Hadiah terbaik adalah yang mendukung tumbuh kembang anak, bukan menggantikannya dengan mesin.